Nama Umum : Pulai
Nama Ilmiah : Alstonia scholaris [L.] R. Br.
Sinonim : A. spectabilis, R.Br.
Familia : Apoeynaccae
Nama Lokal :
Lame (Sunda), pule (Jawa), polay (Madura). kayu gabus,; pulai (Sumatera).hanjalutung (Kalimantan).kaliti, reareangou,; bariangow, rariangow, wariangow, mariangan, deadeangow,; kita (Minahasa), rite (Ambon), tewer (Banda), Aliag (Irian),; hange (Ternate). devil’s tree, ditta bark tree (Inggris).; Chatian, saitan-ka-jhad, saptaparna (India, Pakistan).; Co tin pat, phayasattaban (Thailand).;
Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan Pulai tersebar di seluruh Nusantara. Di Jawa pulai tumbuh di hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan, ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl.
Pulai kadang ditanam di pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias. Tanaman berbentuk pohon, tinggi 20 – 25 m. Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm, berkayu, percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih. Daun tunggal, tersusun melingkar 4 – 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 – 15 mm, bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10 – 23 cm, lebar 3 – 7,5 cm, warna hijau.
Perbungaan majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 – 50 cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 – 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya. Perbanyakan dengan biji atau setek batang dan cabang.
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Demam, malaria, limfa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, ; Kurang napsu makan, perut kembung, sakit perut, kolik, anemia, ; Kencing manis (diabetes melitus), wasir, gangguan haid, bisul,; Tekanan
darah tinggi (Hipertensi), rematik akut, borok (ulcer), ; Beri-beri, masa nifas, payudara bengkak karena ASI.;
BAGIAN YANG DIGUNAKAN :
Kulit kayu dan daun. Kulit kayu dikeringkan dengan cara di jemur atau
pemanasan.
INDIKASI :
Kulit kayu dapat mengatasi:
- demam, malaria, limpa membesar,
- batuk berdahak,
- diare, disentri,
- kurang nafsu makan,
- perut kembung, sakit perut, kolik,
- kencing manis (diabetes mellitus),
- tekanan darah tinggi (hipertensi),
- wasir,
- anemia,
- gangguan haid, dan
- rematik akut.
Daun dapat digunakan untuk mengatasi:
- borok (ulcer), bisul,
- perempuan setelah melahirkan (masa nifas),
- beri-beri, dan
- payudara bengkak karena bendungan ASI.
CARA PEMAKAIAN :
Kulit kayu sebanyak 1-3 g direbus, lalu minum. Untuk pemakaian luar,
getahnya diteteskan untuk mematangkan bisul, tertusuk duri dan radang
kulit. Air rebusan kulit batang pulai digunakan untuk mencuci luka,
radang kulit bernanah, borok atau sebagai obat kumur pada sakit gigi.
CONTOH PEMAKAIAN :
1. Demam
a. Kulit batang pulai sebanyak 3 g dicuci bersih lalu direbus dengan
1 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin disaring, tambahkan 1
sendok makan madu lalu diaduk merata. Minum sekaligus.
b. Kulit batang bagian dalam diremas-remas dengan daun kelici
(Caesalpinia crista Linn.) dan daun sembung, tambahkan sedikit
air. Peras dan saring, minum.
2. Malaria
Kulit batang pulai yang sudah digiling menjadi bubuk, diambil
sebanyak 2 sendok makan. Rebus dengan 2 gelas air bersih sampai
tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum sekaligus. Lakukan
setiap hari sampai sembuh. Selama minum obat ini, hindari makanan
yang asam dan pedas. Bila penyakitnya berat, gunakan kulit pulai
hitam.
3. Diare : Minumlah rebusan kulit batang pulai.
4. Memperkuat lambung :
Kulit batang pulai lapisan sebelah dalam diremas-remas dalam air,
minum.
5. Perut kembung, limpa membesar :
Kulit batang pulai bagian dalam. diremas-remas dengan cuka, lalu
minum.
6. Darah tinggi :
Kulit batang pulai 1/4 jari, daun kumis kucing dan daun poncosudo
sebanyak 1/5 genggam, daun pegagan, dan daun meniran masing-
masing 1/4 genggam, buah ketapang 1 buah, gula enau 3 jari.
Semua bahan dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan
3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring,
dibagi untuk 3 kaii minum. Setiap kaii minum cukup 3/4 gelas.
7. Kencing manis / Diabetes mellitus
Kulit batang pulai sebanyak 2 jari, dicuci lalu dipotong-potong
seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa
separonya. Setelah dingin disaring, minum 1/2 jam sebelum makan.
Sehari 2 kali, masing-masing 3/4 gelas.
8. Membangkitkan selera makan
Sebanyak 10 g bubuk dari kulit batang pulai diseduh dengan air
mendidih. Tambahkan air perasan 1 buah jeruk limau, 1 sendok
makan madu dan sedikit garam, aduk merata. Setelah dingin
diminum sekaligus.
9. Borok bernanah
Daun pulai kering digiling menjadi serbuk. Taburkan pada borok
bernanah setelah dibersihkan terlebih dahulu. Lakukan 2 kali sehari,
sampai sembuh.
10. Beri-beri
Ambil daun pulai yang masih muda sebanyak 16 lembar, masukkan
ke dalam bambu, lalu direbus dengan air,bersih. Air rebusannya
diminum pada pagi hari. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
11. Wanita setelah melahirkan (untuk membersihkan organ dalam)
a. Sediakan daun pulai dan rimpang jahe yang segar secukupnya,
lalu cuci bersih. Buat menjadi jus atau ditumbuk sampai halus.
Saring dan peras, airnya lalu diminum.
b. Kulit pulai dibersihkan, tambahkan sepotong kunyit, sedikit jahe
dan separo buah pala. Rebus dengan cuka encer pada periuk
tanah yang tertutup rapat. Setelah mendidih diangkat. Minum
selagi hangat.
12. Sakit badan dan dada
Gunakan akar pulai yang dikunyah dengan pinang. Balurkan pada
badan yang sakit.
CATATAN :
Ada beberapa jenis pulai, di antaranya pulai putih dan pulai hitam
(pulai
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Kulit kayu rasanya pahit, tidak berbau.
KANDUNGAN KIMIA :
Kulit kayu mengandung alkaloida ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin, dan triterpen (alfa-amyrin dan lupeol). Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunga pulai mengandung asam ursolat dan lupeol. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian : 1. Zat aktif triterpenoid dari kulit kayu pulai dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci (Setyarini, Fak. Farmasi Unair, 1987). 2. Ekstrak air kulit kayu pulai secara in vivo dapat menekan daya infeksi telur cacing gelang babi (Ascaris suum) pada dosis 130 mg/ml dan secara invitro menekan perkembang telur berembrio menjadi larva an pada dosis 65 mg/ml
(Thresia Ranti, jurusan Farmasi FMIPA ITB, 1 99 1). 3. Pemberian infus 10% kulit kayu pulai dengan dosis 0,7; 1,5 dan 39/kg bb kelinci mempunyai efek hipoglikernik (Sulina, Jurusan
Sumber : Farmasi FMIPA ITB, 1978).
Sugeng Rawuh
Sugeng rawuh wonten ing Oret-oretan kulo puniko, pramilo panjengengan kagungan wekdal... sumonggo dipun presani Artikel ingkang wonten Blog kulo meniko. Mugi-mugi saged ndadosaken pangiling-iling, pituduh, lan dadoso koco benggolo kagem gesang kito sedoyo.
Sabtu, 29 Januari 2011
Senin, 24 Januari 2011
SULUK SARIDIN (SYEKH JANGKUNG)
MUQADIMAH
Bismillah, wengi iki ingsung madep, ngawiti murih pakerti, pakertining budi kang fitri, sujud ingsun, ing ngarsané Dzat Kang Maha Suci.
Artinya :
Bismillah, malam ini hamba menghadap, mengawali meraih hikmah/ hikmah budi yang suci, hamba bersujud, di hadapan Keagungan Yang Mahasuci.
Bismillah ar-rahman ar-rahim, rabu mbengi, malam kamis, tanggal lima las, wulan poso, posoning ati ngilangi fitnah, posoning rogo ngeker tingkah.
Artinya :
Bismillâh ar-Rahmân ar-Rahîm, Rabu malam Kamis, tanggal 15 bulan Ramadhan, puasa hati menghilangkan fitnah, puasa raga mencegah tingkah buruk.
Bismillah, dhuh Pangeran Kang Maha Suci, niat ingsun ndalu niki, kawula kang ngawiti, nulis serat kang ingsun arani, serat Hidayat Bahrul Qalbi, anggayuh Sangkan Paraning Dumadi.
Artinya :
Bismillâh, wahai Tuhan Yang Mahasuci, niat hamba malam ini, hamba yang mengawali, menulis surat yang dinamai, surat Hidayat Bahrul Qalbi, untuk memahami asal tujuan hidup ini.
Bismillah, dhuh Pangeran mugi hanebihna, saking nafsu ingsun iki, kang nistha sipatipun, tansah ngajak ing laku drengki, ngedohi perkawis kang wigati.
Artinya :
Bismillâh, wahai Tuhan semoga Engkau menjauhkan, dari nafsu hamba ini, yang buruk sifatnya, senantiasa mengajak berlaku dengki, menjauhi perkara yang baik.
Bismillah, kanthi nyebut asmaning Allah, Dzat ingkang Maha Welas, Dzat ingkang Maha Asih, kawula nyenyuwun, kanthi tawasul marang Gusti Rasul, Rasul kang aran Nur Muhammad, mugiya kerso paring sapangat, kanthi pambuka ummul kitab.
Artinya :
Bismillâh, dengan menyebut nama Allah, Dzat Yang Maha Pengasih, Dzat Yang Maha Penyayang, hamba memohon, melalui perantara Rasul, Rasul yang bernama Nur Muhammad, semoga berkenan memberi syafaat, dengan pembukaan membaca ummul kitab.
Sun tulis kersaneng rasa, rasaning wong tanah Jawa, sun tulis kersaneng ati, atining jiwa kang Jawi, ati kang suci, tanda urip kang sejati, sun tulis kersaning agami, ageming diri ingkang suci.
Artinya :
Hamba tulis karena rasa, perasaan orang tanah Jawa, hamba tulis karena hati, hati dari jiwa yang keluar, hati yang suci, tanda hidup yang sejati, hamba tulis karena agama, pegangan diri yang suci.
Kang tinulis dudu ajaran, kang tinulis dudu tuntunan, iki serat sakdermo mahami, opo kang tinebut ing Kitab Suci, iki serat amung mangerteni, tindak lampahé Kanjeng Nabi.
Artinya :
Yang tertulis bukan ajaran, yang tertulis bukan tuntunan, surat ini sekadar memahami, apa yang tersebut dalam Kitab Suci, surat ini sekadar mengetahui, perilaku hidup Kanjeng Nabi.
Apa kang ana ing serat iki, mong rasa sedehing ati, ati kang tanpa doyo, mirsani tindak lampahing konco, ingkang tebih saking budi, budining rasa kamanungsan, sirna ilang apa kang dadi tuntunan.
Artinya :
Apa yang ada di surat ini, hanya rasa kesedihan hati, hati yang tiada berdaya, melihat sikap perilaku saudara, yang jauh dari budi, budi rasa kemanusiaan, hilang sudah apa yang menjadi tuntunan.
Mugi-mugi dadiho pitutur, marang awak déwé ingsun, syukur nyumrambahi para sadulur, nyoto iku dadi sesuwun, ing ngarsane Dzat Kang Luhur.
Artinya :
Semoga menjadi petunjuk, terhadap diri hamba sendiri, syukur bisa berguna untuk sesama, itulah yang menjadi permohonan, di hadapan Dzat Yang Mahaagung.
01. SYARIAT
Mangertiyo sira kabéh, narimoho kanthi saréh, opo kang dadi toto lan aturan, opo kang dadi pinesténan, anggoning ngabdi marang Pangeran.
Artinya :
Mengertilah kalian semua, terimalah dengan segala kerendahan jiwa, terimalah dengan tulus dan rela, apa yang menjadi ketetapan dan aturan, apa yang telah digariskan, untuk mengabdi pada Keagungan Tuhan.
Basa sarak istilah ‘Arbi, tedah isarat urip niki, mulo kénging nampik milih, pundhi ingkang dipun lampahi, anggoning ngabdi marang Ilahi.
Artinya :
Istilah syarak adalah bahasa Arab, yang berarti petunjuk atau pedoman untuk menjalani kehidupan ‘agama’, untuk itulah diperbolehkan memilih, mana yang akan dijalani sesuai dengan kemampuan diri, guna mengabdi pada Keagungan Ilahi.
Saréngat iku tan ora keno, tininggal selagi kuwoso, ageming diri kang wigati, cecekelan maring kitab suci, amrih murih rahmating Gusti.
Artinya :
Apa yang telah di-syari‘at-kan hendaknya jangan kita tinggal, selama diri ini mampu untuk menjalankan, aturan yang menjadi pegangan hidup kita, aturan yang sudah dijelaskan dalam kitab suci al-Qur’an, Itu semua, tidak lain hanya usaha kita untuk mendapat rahmat, dan pengampunan dari Yang Maha Kuasa.
Saréngat iku keno dén aran, patemoné badan lawan lésan, ono maneh kang pepiling, sareh anggoné kidmat, nyembah ngabdi marang Dzat.
Artinya :
Syariat juga diartikan, sebuah pertemuan antara badan dengan lisan, bertemunya raga dengan apa yang dikata, ada juga yang memberi pengertian, bahwa syariat adalah pasrah dalam berkhidmat, menyembah dan mengabdi pada Keagungan Yang Mahasuci.
Saréngat utawi sembah raga iku, pakartining wong amagang laku, sesucine asarana saking warih,
kang wus lumrah limang wektu, wantu wataking wawaton.
Artinya :
Syari`at atau Sembah Raga itu, merupakan tahap persiapan, di mana seseorang harus melewati proses pembersihan diri, dengan cara mengikuti peraturan-peraturan yang ada, dan yang sudah ditentukan—rukun Islam.
Mulo iling-ilingo kang tinebut iki, sadat, sholat kanthi kidmat, zakat bondo lawan badan, poso sak jroning wulan ramadhan, tinemu haji pinongko mampu, ngudi luhuring budi kang estu.
Artinya :
Maka ingat-ingatlah apa yang tersebut di bawah ini, syahadat dengan penuh keihklasan, shalat dengan khusuk dan penuh ketakdhiman, mengeluarkan zakat harta dan badan untuk sesame, puasa pada bulan ramadhan atas nama pengabdian pada Tuhan, menunaikan ibadah haji untuk meraih kehalusan budi pekerti.
Limo cukup tan kurang, dadi rukune agami Islam, wajib kagem ingkang baligh, ngaqil, eling tur kinarasan, menawi lali ugi nyauri.
Artinya :
Lima sudah tersebut tidak kurang, menjadi ketetapan sebagai rukun Islam, wajib dilakukan bagi orang ‘Islam’ yang sudah baligh, berakal, tidak gila dan sehat, adapun, jika lupa menjalankan hendaknya diganti pada waktu yang lain.
Syaringat ugi kawastanan, laku sembah mawi badan, sembah suci maring Hyang, Hyang ingkang nyipto alam, sembahyang tinemu pungkasan.
Artinya :
Syariat juga dinamakan, melakukan penyembahan dengan menggunakan anggota badan, menyembah pada Keagungan Tuhan, Tuhan yang menciptakan alam, Sembah Hyang, begitu kiranya nama yang diberikan.
SYAHADAT
Sampun dados pengawitan, tiyang ingkang mlebet Islam, anyekseni wujuding Pangeran, mahos sadat kanthi temenan, madep-manteb ananing iman.
Artinya :
Sudah menjadi pembukaan, bagi orang yang ingin masuk Islam, bersaksi akan wujudnya Tuhan, bersungguh-sungguh membaca syahadat, disertai ketetapan hati untuk beriman.
Asyhadu an-lâ ilâha illâ Allâh wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah, Tinucapo mawi lisan, Sareh legowo tanpa pameksan, Mlebet wonten njroning ati, Dadiho pusoko anggoning ngabdi.
Artinya :
Asyhadu an-lâ ilâha illâ Allâh wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah, ucapkanlah dengan lisan, penuh kesadaran tanpa paksaan, masukkan maknanya ke dalam hati, semoga menjadi pusaka untuk terus mengabdi.
Tan ana Pangeran, kang wajib dén sembah, kejawi amung Gusti Allah, semanten ugi Rasul Muhammad, kang dadi lantaran pitulungé umat.
Artinya :
Hamba bersaksi bahwa tak ada tuhan, yang wajib disembah, kecuali Allah swt, begitu pula dengan Nabi Agung Muhammad saw, yang menjadi perantara pertolongan umat.
SHALAT
Syarat limo ajo lali, kadas najis, badan kedah suci, nutup aurat kanti kiat, jumeneng panggonan mboten mlarat, ngerti wektu madep kiblat, sampurno ingkang dipun serat.
Artinya :
Lima syarat jangan lupa, badan harus suci dari hadats dan najis, menutup aurat jika tidak kesulitan, dilaksanakan di tempat yang suci, mengerti waktu untuk melakukan shalat, lalu menghadap kiblat, sempurna sudah yang ditulis.
Wolu las kang dadi mufakat, rukun sahe nglakoni shalat, niat nejo, ngadek ingkang kiat, takbir banjur mahos surat, al-fatihah ampun ngantos lepat.
Artinya :
Delapan belas yang menjadi mufakat, rukun sahnya menjalankan shalat, niat melakukan shalat, berdiri bagi kita yang mampu, mengucapkan takbiratul ikhram membaca surat, al-Fatichah jangan sampai keliru.
Rukuk, tumakninah banjur ngadek, aran iktidal kanti jejek, tumakninah semanten ugi, banjur sujud tumurun ing bumi, sareng tumakninah ingkang mesti, kinaranan ing tumakninah, meneng sedelok sak wuse obah.
Artinya :
Rukuk dengan tenang lalu berdiri, disebut i’tidal dengan tegap, hendaknya juga tenang seperti rukuk, lalu sujud turun ke bumi, bersama thumakninah yang benar, dinamakan thumakninah, diam sebentar setelah bergerak.
Sewelas iku lungguh, antarane rong sujudan, tumuli tumakninah, kaping telulas lungguh akhir,
banjur maos pamuji dikir.
Artinya :
Sebelas itu duduk, di antara dua sujud, disertai thumakninah, tiga belas duduk akhir, lalu membaca pujian dzikir.
Limolas iku moco sholawat, kagem Gusti Rosul Muhammad, tumuli salam kang kawitan,
sertane niat rampungan, tertib sempurna dadi pungkasan.
Artinya :
Lima belas membaca shalawat, kepada Rasul Muhammad, kemudian salam yang pertama, bersama niat keluar shalat, tertib menjadi kesempurnaan.
ZAKAT
Zakat iku wus dadi prentah, den lampahi setahun pindah, tumprap wong kang rijkine torah, supados bersih awak lan bondo, ojo pisan-pisan awak déwé leno.
Artinya :
Zakat sudah menjadi perintah, dilakukan setahun sekali, bagi orang yang hartanya berlimpah, supa bersih raga dan harta, jangan sekali-kali kita lupa.
Umume wong dho ngenthoni, malem bodho idul fitri, zakat firah den arani, bersihaké badan lawan ati, zakat maal ugo mengkono, nanging kaprahing dho orak lélo.
Artinya :
Umumnya orang mengeluarkan, malam Hari Raya Idul Fitri, zakat fitrah dinamai, membersihkan raga dan hati, zakat harta juga begitu, namun umumnya pada tidak rela.
Ampun supé niating ati, nglakoni rukun pardune agami, lillahi ta`ala iku krentekno, amrih murih ridaning Gusti, supados dadi abdi kang mulyo.
Artinya :
Jangan lupa niat di hati, menjalankan rukun fradhunya agama, karena Allah tanamkanlah, untuk mendapat keridhaan-Nya, supaya menjadi hamba yang mulia.
PUASA
Islam, balék, kiat, ngakal, papat sampun kinebatan, wonten maleh ingkang lintu, Islam, balék lawan ngakal, dados sarat nglampahi siam.
Artinya :
Islam, baligh, kuat, berakal, empat sudah disebutkan, ada juga yang mengatakan, Islam, baligh, dan berakal, menjadi syarat menjalankan puasa.
Kados sarat rukun ugi sami, kedah dilampai kanthi wigati, niat ikhlas jroning ati, cegah dahar lawan ngombé, nejo jimak kaping teluné, mutah-mutah kang digawé.
Artinya :
Seperti syarat, rukun juga sama, harus dijalanlan dengan hati-hati, niat ikhlas di dalam hati, mencegah makan dan minum, jangan bersetubuh nomor tiga, jangan memuntahkan sesuatu karena sengaja.
Papat jangkep sampun cekap, dadus sarat rukuné pasa, ngatos-ngatos ampun léna, mugiyo hasil ingkang dipun seja, tentreming ati urip kang mulya.
Artinya :
Empat genap sudah cukup, menjadi syarat rukunnya puasa, hati-hati jangan terlena, semoga berhasil apa yang diinginkan, tentramnya hati hidup dengan mulia.
HAJI
Limo akhir dadi kasampurnan, ngelampahi rukun parduné Islam, bidal zaroh ing tanah mekah,
menawi kiat bandane torah, lego manah tinggal pitnah kamanungsan.
Artinya :
Lima terakhir menjadi kesempurnaan, menjalankan rukun fardhunya Islam, pergi ziarah ke tanah Makah, jika kuat dan hartanya berlimpah, hati rela menjauhi fitnah kemanusiaan.
Pitu dadi sepakatan, sarat kaji kang temenan, Islam, balik, ngakal, merdeka, ananing banda lawan sarana, aman dalan sertané panggonan.
Artinya :
Tujuh jadi kesepakatan, syarat haji yang betulan, Islam, baligh, berakal, merdeka, adanya harta dan sarana, aman jalan beserta tempat.
Ikram sertané niat, dadi rukun kang kawitan, wukuf anteng ing ngaropah, towaf mlaku ngubengi kakbah, limo sangi ojo lali, sopa marwah pitu bola-bali.
Artinya :
Ikhram beserta niat, menjadi rukun yang pertama, thawaf berjalan mengelilingi ka‘bah, lima sa’i jangan lupa, safa-marwah tujuh kali.
02. THARIQAT
Muji sukur Dzat Kang Rahman, tarékat iku sak dermo dalan, panemoné lisan ing pikiran, nimbang nanting lawan heneng, bener luputé sira kanthi héling.
Artinya :
Puji syukur Dzat Yang Penyayang, tarekat hanyalah sekadar jalan, bertemunya ucapan dalam pikiran, menimbang memilih dengan tenang, benar tidaknya engkau dengan penuh kesadaran.
Tarékat ugi kawastanan, sembah cipto kang temenan, nyegah nafsu kang ngambra-ambra, ngedohi sipat durangkara, srah lampah ing Bathara.
Artinya :
Tarekat juga dinamakan, sembah cipta yang sebenarnya, mencegah nafsu yang merajalela, menjauhi sifat keburukan, berserah di hadapan Tuhan.
Semanten ugi aweh pitutur, makna tarékat ingkang luhur, den serupaaken kados segoro, minongko saréngat dadus perahu, kang tinemu mawi ngélmu.
Artinya :
Kiranya juga memberi penuturan, makna tarekat yang luhur, diibaratkan laksana samudera, dengan syariat sebagai perahunya, yang ditemukan dengan ilmu.
Mila ampun ngantos luput, dingin nglampahi saréngat, tumuli tarékat menawi kiat, namung kaprahé piyambak niki, supe anggenipun ngawiti.
Artinya :
Maka jangan sampai keliru, mendahulukan menjalani syariat, kemudian tarekat jika mampu, namun umumnya kita ini, lupa saat memulai.
Mila saksampunipun, dalem sawek sesuwunan, mugiya tansah pinaringan, jembaring dalan kanugrahan,
rahmat welas asihing Pangeran.
Artinya :
Maka setelahnya, hamba senantiasa memohon, semoga terus mendapat, lapangnya jalan anugerah, cinta dan kasih sayang Tuhan.
SYAHADAT
Lamuno sampun kinucapan, rong sadat kanthi iman, kaleh puniko dereng nyekapi, kangge ngudari budi pekerti, basuh resék sucining ati.
Artinya :
Jika sudah diucapkan, dua syahadat dengan iman, dua ini belumlah cukup, untuk mengurai budi pekerti, membasuh bersih sucinya hati.
Prayuginipun ugi mangertosi, sifat Agungé Hyang Widhi, kaleh doso gampil dipun éngeti, wujud, kidam lawan baqa, mukalapah lil kawadisi.
Artinya :
Seyogyanya juga mengerti, sifat Keagungan Tuhan, dua puluh mudah dimengerti, wujud, qidam, dan baqa, mukhalafah lil hawâdis.
Limo qiyam binafsihi, wahdaniyat, kodrat, irodat, songo ilmu doso hayat, samak basar lawan kalam,
pat belas iku aran kadiran.
Artinya :
Lima qiyâmuhu bi nanafsihi, wahdaniyat, qodrat, iradat, sembilan ilmu, sepuluh hayat, sama&lsquo, bashar, kalam, empat belas qadiran.
Muridan kaping limolas, aliman, hayan pitulasé, lawan samian ampun supé, banjur basiron madep manteb, mutakalliman ingkang tetep.
Artinya :
Muridan nomor lima belas, aliman, hayan nomor tujuh belas, kemudian samian jangan lupa, terus bashiran dengan mantab, mutakalliman yang tetap.
Nuli papat kinanggitan, dadi sifat mulyané utusan, sidik, tablik ora mungkur, patonah sabar kanthi srah,
anteng-meneng teteping amanah.
Artinya :
Kemudian empat disebutkan, menjadi sifat kemuliaan utusan, sidiq, tabligh tidak mundur, fathanah sabar dengan berserah, diam tenang bersama amanah.
Kaleh doso sampun kasebat, mugiyo angsal nikmating rahmat, tambah sekawan tansah ingeti, dadiho dalan sucining ati, ngertosi sir Hyang Widhi.
Artinya :
Dua puluh sudah disebut, semoga mendapat nikmatnya rahmat, ditambah empat teruslah ingat, jadilah jalan mensucikan hati, mengetahui rahasia Yang Mahasuci.
SHALAT
Limang waktu dipun pesti, nyekel ngegem sucining agami, agami budi kang nami Islam, rasul Muhammad dadi lantaran, tumurune sapangat, rahmat lan salam.
Artinya :
Lima waktu sudah pasti, memegang kesucian agama, agama budi yang bernama Islam, rasul Muhammad yang menjadi perantara, turunnya pertolongan, rahmat, dan keselamatan.
Rino wengi ojo nganti lali, menawi kiat anggoné nglampahi, kronten salat dadi tondo, tulus iklasing manah kito, nyepeng agami tanpo pamekso.
Artinya :
Siang malam jangan lupa, jika kuat dalam menjalani, karena shalat menjadi tanda, tulus ikhlasnya hati kita, mengikuti agama tanpa dipaksa.
Ngisak, subuh kanthi tuwuh, tumuli luhur lawan asar, dumugi maghrib ampun kesasar, lumampahano srah lan sabar, jangkep gangsal unénan Islam.
Artinya :
Isyak, Shubuh dengan penuh, kemudian Luhur dan Ashar, sampai Maghrib jangan kesasar, jalanilah dengan pasrah dan sabar, genap lima disebut Islam.
Kanthi nyebut asmané Allah, Sak niki kita badé milai, ngudari makna ingkang wigati, makna saéstu limang wektu, pramila ingsun sesuwunan, tambahing dungo panjengan.
Artinya :
Dengan menyebut nama Allah, sekarang kita akan mulai, mengurai makna yang tersembunyi, makna sesungguhnya lima waktu, karenanya hamba memohon, tambahnya doa Anda sekalian.
ISYAK
Sun kawiti lawan ngisak, wektu peteng jroning awak, mengi kinancan cahya wulan, sartané lintang tambah padang, madangi petengé dalan.
Artinya :
Hamba mulai dengan isyak, waktu gelap dalam jiwa, malam bersama cahaya bulan, bersanding bintang bertambah terang, menerangi gelapnya jalan.
Semono ugi awak nira, wonten jroning rahim ibu, dewekan tanpa konco, amung cahyo welasing Gusti,
ingkang tansah angrencangi.
Artinya :
Seperti itu jasad kamu, di dalam rahim seorang ibu, sendirian tanpa teman, hanya cahaya kasih Tuhan, yang senantiasa menemani.
SHUBUH
Tumuli subuh sak wusé fajar, banjur serngéngé metu mak byar, padang jinglang sedanten kahanan,
sami guyu awak kinarasan, lumampah ngudi panguripan.
Artinya :
Kemudian shubuh setelah fajar, lalu matahari keluar bersinar, terang benderang semua keadaan, bersama tertawa badan sehat, berjalan mencari kehidupan.
Duh sedulur mangertiya, iku dadi tanda lahiring sira, lahir saking jroning batin, batin ingkang luhur,
batin ingkang agung.
Artinya :
Wahai saudara mengertilah, itu menjadi tanda kelahiranmu, lahir dari dalam batin, batin yang luhur, batin yang agung.
ZHUHUR
Luhur teranging awan, tumancep duwuring bun-bunan, panas siro ngraosaké, tibaning cahyo serngéngé,
lérén sedélok gonmu agawé.
Artinya :
Zhuhur terangnya siang, menancap di atas ubun-ubun, panas kiranya kau rasakan, jatuhnya cahaya matahari, berhenti sebentar dalam bekerja.
Semono ugo podho gatékno, lumampahing umur siro, awet cilik tumeko gedé, tibaning akal biso mbedakké, becik lan olo kelakuné.
Artinya :
Seperti itu juga pahamilah, perjalanan hidup kamu, dari kecil hingga dewasa, saat akal bisa membedakan, baik dan buruk perbuatanmu.
ASHAR
Ngasar sak durungé surup, ati-ati noto ing ati, cawésno opo kang dadi kekarep, ojo kesusu ngonmu lumaku, sakdermo buru howo nepsu.
Artinya :
Ashar sebelum terbenam, hati-hatilah menata hati, persiapkan apa yang menjadi keinginan, jangan tergesa-gesa kamu berjalan, hanya sekadar menuruti hawa nafsu.
Mulo podho waspadaha, dho dijogo agemaning jiwa, yo ngéné iki kang aran urip, cilik, gedé tumeko tuwo, bisoho siro ngrumangsani, ojo siro ngrumongso biso.
Artinya :
Maka waspadalah, jagalah selalu pegangan jiwa, ya seperti ini yang namanya hidup, kecil, besar, sampai tua, bisalah engkau merasa, janganlah engkau merasa bisa.
MAGHRIB
Maghrib kalampah wengi, serngéngé surup ing arah kéblat, purna oléhé madangi jagad, mego kuning banjur jedul, tondo rino sampun kliwat.
Artinya :
Maghrib mendekati malam, matahari terbenam di arah kiblat, selesai sudah menerangi dunia, mega kuning kemudian keluar, tanda siang sudah terlewat.
Duh sedérék mugiyo melok, bilih urip mung sedélok, cilik, gedé tumeko tuwa, banjur pejah sak nalika,
wangsul ngersané Dzat Kang Kuwasa.
Artinya :
Wahai saudara saksikanlah, bahwa hidup hanya sebentar, kecil, besar, sampai tua, kemudian mati seketika, kembali ke hadapan Yang Kuasa.
ZAKAT
Lamuno siro kanugrahan, pikantuk rijki ora kurang, gunakno kanthi wicaksono, ampun supé menawi tirah,
ngedalaken zakat pitrah.
Artinya :
Jika engkau diberi anugerah, mendapat rezeki tidak kurang, gunakanlah dengan bijaksana, jangan lupa jika tersisa, mengeluarkan zakat fitrah.
Zakat lumantar ngresiki awak, lahir batin boten risak, menawi bondo tasih luwih, tumancepno roso asih,
zakat mal kanthi pekulih.
Artinya :
Zakat untuk membersihkan diri, lahir batin tidak rusak, jika harta masih berlimpah, tanamkanlah rasa belas kasih, zakat kekayaan tanpa pamrih.
Pakir, miskin, tiyang jroning paran, ibnu sabil kawastanan, lumampah ngamil, tiyang katah utang, rikab, tiyang ingkang berjuang, muallap nembé mlebu Islam.
Artinya :
Fakir, miskin, orang berpergian, ibn sabil dinamakan, kemudian amil, orang yang banyak hutang, budak, tiyang ingkang berjuang, muallaf yang baru masuk Islam.
Zakat nglatih jiwo lan rogo, tumindak becik kanthi lélo, ngraosaken sarané liyan, ngudari sifat kamanungsan, supados angsal teteping iman.
Artinya :
Zakat melatih jiwa dan raga, menjalankan kebajikan dengan rela, merasakan penderitaan sesame, mengurai sifat kemanusiaan, supaya mendapat tetapnya iman.
PUASA
Posoning rogo énténg dilakoni, cegah dahar lan ngombé jroning ari, ananging pasaning jiwa, iku kang kudhu dén reksa, tumindak asih sepining cela.
Artinya :
Puasa badan mudah dilakukan, mencegah makam dan minum sepanjang hari, namun puasa jiwa, itu yang seharusnya dijaga, menebar kasih sayang menjauhi pencelaan.
Semanten ugi pasaning ati, tumindak alus sarengé budi, supados ngunduh wohing pakerti, pilu mahasing sepi, mayu hayuning bumi.
Artinya :
Demikian pula puasa hati, sikap lemah lembut sebagai cermin kehalusan budi, supaya mendapat kebaikan sesuai dengan apa yang dingini, tiada harapan yang diinginkan, kecuali hanya ketentraman dan keselamatan dalam kehidupan.
HAJI
Kaji dadi kasampurnan, rukun lima kinebatan, mungguhing danten tiyang Islam, zarohi tanah ingkang mulyo, menawi tirah anané bondo.
Artinya :
Haji menjadi kesempurnaan, rukum lima yang disebutkan, untuk semua orang Islam, mengunjungi tanah yang mulia, jika ada kelebihan harta.
Nanging ojo siro kliru, mahami opo kang dén tuju, amergo kaji sakdermo dalan, dudu tujuan luhuring badan, pak kaji dadi tembungan.
Artinya :
Tapi janganlah engkau keliru, memahami apa yang dituju, karena haji hanya sekadar jalan, bukan tujuan kemuliaan badan, jika pulang dipanggil Pak Haji.
Kaji ugi dadi latihan, pisahing siro ninggal kadonyan, bojo, anak lan keluarga, krabat karéb, sederek sedaya, kanca, musuh dho lélakna.
Artinya :
Haji juga untuk latihan, perpisahanmu meninggalkan keduniaan, istri, anak, dan keluarga, karib kerabat, semua saudara, teman dan musuh relakanlah.
Jumat, 14 Januari 2011
Paseban Kemangi dalam Babad Tanah Kendal
Ketika Sultan Agung memutuskan perang terhadap Belanda di Batavia, semua Adipati, Tumenggung dan para pembesar kerajaan dipanggil pada suatu pertemuan agung di Kerajaan Mataram yang dipimpin langsung oleh Sultan. Setelah melalui perapatan serta saran-saran dari para adipati ataupun para pembesar kerajaan, maka keputusan akhirnya Mataram menyatakan perang terhadap Belanda di Batavia. Para pimpinan perang pun diputuskan, dan diputuskan juga panglima perangnya, yaitu Tumenggung Bahurekso, Adipati Kendal dan Gubernur Pesisir Laut Jawa.
Bisa dibayangkan bahwa Kendal pada akhirnya menjadi pusat perhatian para sentono kerajaan. Para bupati, tumenggung maupun pembesar kerajaan lainnya perahtiannya tertuju pada figur Tumenggung Bahurekso dan Kadipaten Kendal sebagai pusat pertahanan dan berkembang menjadi pusat persiapan angkatan perang menuju ke Batavia. Kendal memang memiliki catatan sejarah yang agung. Betapa tidak, Kendal menjadi tempat berkumpulnya para pembesar-pembesar kerajaan. Banyak adipati atau tumenggung yang harus meninggalkan daerahnya dan berkumpul di Kendal.
Menurut beberapa catatan, para pembesar-pembesar kerajaan yang hadair di Kendal dalam rangka persiapan perang melawan Belanda di Batavia, antara lain:
1. Tumenggung Bahurekso
2. Pangeran Purboyo
3. Pangeran Djoeminah
4. Tumenggung Mandurorejo
5. Tumenggung Upashanta
6. Tumenggung Kertiwongso, asal Jepara
7. Tumenggung Wongso Kerto
8. Tumenggung Rajekwesi
9. Raden Prawiro/Pangeran Sambong
10. Pangeran Kadilangu
11. Pangeran Sojomerto
12. Raden Sulamjono, putera Tumenggung Bahurekso
13. Raden Banteng Bahu, putera Tumenggung Bahurekso
14. Kyai Akrobudin
15. Kyai Mojo dan Kyai Sandi, pengawal Pangeran Sambong
16. Tumenggung Begananda
17. Raden Haryo Sungkono
18. Raden Muthohar
19. Tumenggung Pasir Puger
20. Pangeran Karang Anom
21. Pangeran Tanjung Anom
22. Tumenggung Panjirejo
23. Pangeran Puger
24. Tumenggun Singoranu, Patih MAtaram, pengganti Ki Juru Mertani
25. Aria Wiro Notopodo atau Suropodo
26. Tumenggung Wiroguno
27. Raden Bagus Kumojoyo
Dan tentunya masih banyak lagi tokoh-tokoh kerajaan yang hadir dalam pertemuan persiapan perang ke Batavia.
Bahurekso memutuskan bahwa pertemuan persiapan perang tidak dilakukan di pendopo kabupaten tetapi di sebuah tempat yang dekat dengan pantai. Oleh para peserta pertemuan akhirnya disepakati bahwa tempat pertemuannya harus dirahasiakan. Tempat yang dipilih ternyata di tengah hutan/persawahan. Tepatnya di bawah pohon yang rindang. Pohon itu sekarang ini dikenal dikenal dengan nama Pohon Kemangi.
Pohon itu terletakdi tengah-tengah persawahan/pemakan (sekarang), masuk wilayah Desa Jungsemi Kecamatan Kangkung. Dan tempat itu pada akhirnya dijadikan sebuah pemakaman yang masih terkenal keramat. Namun ada keterangan lagi bahwa pohon kemangi itu adalah sebuah pohon yang lurus ke atas laksana sebuah payung. Dari sekian puluh peserta paseban di Kemangi, semuanya terlindungi. Bahkan ada yang menerangkan lagi bahwa peserta paseban tidak akan bisa dilihat oleh mata telanjang karena memang sudah dipayungi oleh pohon kemangi serta oyot mimang yang ditanam oleh Tumenggung Rajekwesi atau Ki Gede Kemangi.
Penanggung jawab pertemuan diserahkan pada Tumenggung Rajekwesi atau Ki Ageng Kemangi. Tokoh ini yang mengatur prosesi pertemuan dari awal sampai akhir dan bahkan termasuk keamanan para tokoh-tokoh kerajaan dari intaian telik sandi atau intel/mata-mata pihak lawan. Oleh karenanya daerah-daerah yang dijadikan pintu masuk para petinggi kerajaan itu dijaga dengan ketatnya. Tidak hanya itu, penjagaan dengwan cara batin dan spiritual pun dilakukan dengan baik.
Siapa sebenarnya Tumenggung Rajekwesi itu? Memang tidak banyak yang tahu. Belum ada catatan sejarah yang menerangkan tokoh ini secara jelas. Tokoh ini mempunyai peranan sangat penting pada pertemuan itu. Demi keselamatan para pemimpin kerajaan dan demi suksesnya pertemuan persiapan perang, maka tempat di sekitar pertemuan dipagari dengan oyot mimang, yang kokoh bagai pagar besi. Bahkan lebih kokoh dari pagar besi. Oyot mimang seperti dalam cerita tutur merupakan kinayah bagian dari ayat suci Al-Qur'an. Oyot berasal dari kata ayat, Mimang diambil dari petikan-petikan huruf/kata dari ayat kursi, yaitu Mim-ma. Untuk lebih jelasnya perhatikan ayat al-qur'an yang lebih dikenal dengan nama ayat kursi:
"...Allahu laa ilaaha illa huwal khaiyul Qoyyum laa ta'khudzuhu sinatun wala naum. Lahuu maa fissamawaati wamaa fil ardli. Man dzal ladzii yasyfa'u 'indahuu illaa bi'idznihi ya'lamu ma baina aidihim wa maa kholfahum walaa yukhiithuuna bisyai'in min 'ilmihi illaa bi maa syaa'. Wasi'at Kursiyyuhussamaawaati wal ardli walaa ya-uduhu khifdhunma wahuwal 'aliyyul 'adhiim...".
Artinya: "...Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia,Yang Mahahidup lagi Mahategak. Tidak mengantuk dan tidak tidur. Baginya segala yang ada di langit dan segaa yang ada di bumi. Siapakah yang akan dapat membeikan pertolongan di sisi-Nya, tanpa seizin-Nya. Dia Maha Mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka, dan apa-apa yang ada di belakang mereka, dan mereka tidak akan dapat menjangkau ilmu-Nya sedikitpun, kecuali pengetahuan yang telah dikehendaki oleh-Nya. Singgasana-Nya sangat luas, seluas semua langit dan bumi. Dia Mahaluhur lagi Mahaagung..."
Bisa dibayangkan bahwa Kendal pada akhirnya menjadi pusat perhatian para sentono kerajaan. Para bupati, tumenggung maupun pembesar kerajaan lainnya perahtiannya tertuju pada figur Tumenggung Bahurekso dan Kadipaten Kendal sebagai pusat pertahanan dan berkembang menjadi pusat persiapan angkatan perang menuju ke Batavia. Kendal memang memiliki catatan sejarah yang agung. Betapa tidak, Kendal menjadi tempat berkumpulnya para pembesar-pembesar kerajaan. Banyak adipati atau tumenggung yang harus meninggalkan daerahnya dan berkumpul di Kendal.
Menurut beberapa catatan, para pembesar-pembesar kerajaan yang hadair di Kendal dalam rangka persiapan perang melawan Belanda di Batavia, antara lain:
1. Tumenggung Bahurekso
2. Pangeran Purboyo
3. Pangeran Djoeminah
4. Tumenggung Mandurorejo
5. Tumenggung Upashanta
6. Tumenggung Kertiwongso, asal Jepara
7. Tumenggung Wongso Kerto
8. Tumenggung Rajekwesi
9. Raden Prawiro/Pangeran Sambong
10. Pangeran Kadilangu
11. Pangeran Sojomerto
12. Raden Sulamjono, putera Tumenggung Bahurekso
13. Raden Banteng Bahu, putera Tumenggung Bahurekso
14. Kyai Akrobudin
15. Kyai Mojo dan Kyai Sandi, pengawal Pangeran Sambong
16. Tumenggung Begananda
17. Raden Haryo Sungkono
18. Raden Muthohar
19. Tumenggung Pasir Puger
20. Pangeran Karang Anom
21. Pangeran Tanjung Anom
22. Tumenggung Panjirejo
23. Pangeran Puger
24. Tumenggun Singoranu, Patih MAtaram, pengganti Ki Juru Mertani
25. Aria Wiro Notopodo atau Suropodo
26. Tumenggung Wiroguno
27. Raden Bagus Kumojoyo
Dan tentunya masih banyak lagi tokoh-tokoh kerajaan yang hadir dalam pertemuan persiapan perang ke Batavia.
Bahurekso memutuskan bahwa pertemuan persiapan perang tidak dilakukan di pendopo kabupaten tetapi di sebuah tempat yang dekat dengan pantai. Oleh para peserta pertemuan akhirnya disepakati bahwa tempat pertemuannya harus dirahasiakan. Tempat yang dipilih ternyata di tengah hutan/persawahan. Tepatnya di bawah pohon yang rindang. Pohon itu sekarang ini dikenal dikenal dengan nama Pohon Kemangi.
Pohon itu terletakdi tengah-tengah persawahan/pemakan (sekarang), masuk wilayah Desa Jungsemi Kecamatan Kangkung. Dan tempat itu pada akhirnya dijadikan sebuah pemakaman yang masih terkenal keramat. Namun ada keterangan lagi bahwa pohon kemangi itu adalah sebuah pohon yang lurus ke atas laksana sebuah payung. Dari sekian puluh peserta paseban di Kemangi, semuanya terlindungi. Bahkan ada yang menerangkan lagi bahwa peserta paseban tidak akan bisa dilihat oleh mata telanjang karena memang sudah dipayungi oleh pohon kemangi serta oyot mimang yang ditanam oleh Tumenggung Rajekwesi atau Ki Gede Kemangi.
Penanggung jawab pertemuan diserahkan pada Tumenggung Rajekwesi atau Ki Ageng Kemangi. Tokoh ini yang mengatur prosesi pertemuan dari awal sampai akhir dan bahkan termasuk keamanan para tokoh-tokoh kerajaan dari intaian telik sandi atau intel/mata-mata pihak lawan. Oleh karenanya daerah-daerah yang dijadikan pintu masuk para petinggi kerajaan itu dijaga dengan ketatnya. Tidak hanya itu, penjagaan dengwan cara batin dan spiritual pun dilakukan dengan baik.
Siapa sebenarnya Tumenggung Rajekwesi itu? Memang tidak banyak yang tahu. Belum ada catatan sejarah yang menerangkan tokoh ini secara jelas. Tokoh ini mempunyai peranan sangat penting pada pertemuan itu. Demi keselamatan para pemimpin kerajaan dan demi suksesnya pertemuan persiapan perang, maka tempat di sekitar pertemuan dipagari dengan oyot mimang, yang kokoh bagai pagar besi. Bahkan lebih kokoh dari pagar besi. Oyot mimang seperti dalam cerita tutur merupakan kinayah bagian dari ayat suci Al-Qur'an. Oyot berasal dari kata ayat, Mimang diambil dari petikan-petikan huruf/kata dari ayat kursi, yaitu Mim-ma. Untuk lebih jelasnya perhatikan ayat al-qur'an yang lebih dikenal dengan nama ayat kursi:
"...Allahu laa ilaaha illa huwal khaiyul Qoyyum laa ta'khudzuhu sinatun wala naum. Lahuu maa fissamawaati wamaa fil ardli. Man dzal ladzii yasyfa'u 'indahuu illaa bi'idznihi ya'lamu ma baina aidihim wa maa kholfahum walaa yukhiithuuna bisyai'in min 'ilmihi illaa bi maa syaa'. Wasi'at Kursiyyuhussamaawaati wal ardli walaa ya-uduhu khifdhunma wahuwal 'aliyyul 'adhiim...".
Artinya: "...Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia,Yang Mahahidup lagi Mahategak. Tidak mengantuk dan tidak tidur. Baginya segala yang ada di langit dan segaa yang ada di bumi. Siapakah yang akan dapat membeikan pertolongan di sisi-Nya, tanpa seizin-Nya. Dia Maha Mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka, dan apa-apa yang ada di belakang mereka, dan mereka tidak akan dapat menjangkau ilmu-Nya sedikitpun, kecuali pengetahuan yang telah dikehendaki oleh-Nya. Singgasana-Nya sangat luas, seluas semua langit dan bumi. Dia Mahaluhur lagi Mahaagung..."
Kamis, 13 Januari 2011
SINGO BARONG
SINGO BARONG
sebuah kesenian daerah yang masih bertahan seiring jaman... meskipun sekarang sudah jarang lagi di pertonton kan, namun kesenian ini tak terganti di hati para penggemarnya.. terutama anak anak...
ya, kesenian yang pada umumnya di gelar untuk meramaikan HUT RI di sekolah sekolah, di kampung kampung, dan di karnaval Karesidenan Weleri ini memang menarik.. laki laki, perempuan, tua muda, balita tak pernah bosan menonton atraksi kesenian singo barong ini...
terkadang ada kesan mistis yang hadir dalam pertunjukan ini, karena ada pemain yang biasanya kesurupan, atau kemasukan roh Singobarong, namun itu menjadi tontonan yang menegangkan...
banyak pertunjukan yang di tampilkan dalam kesenian ini, dengan iringan gamelan pertunjukan ini di suguhkan... ada pertunjukan kuda lumping, dhawangan, terkadang ada reog, dan pada akhirnya di penutupan acara, akan ada pertunjukan Babat Alas, yang di mainkan oleh Penthul dan Tembem. tokoh dagelan yang kocak, yang dapat menaklukkan kebuasan singo barong...
sebuah kesenian daerah yang masih bertahan seiring jaman... meskipun sekarang sudah jarang lagi di pertonton kan, namun kesenian ini tak terganti di hati para penggemarnya.. terutama anak anak...
ya, kesenian yang pada umumnya di gelar untuk meramaikan HUT RI di sekolah sekolah, di kampung kampung, dan di karnaval Karesidenan Weleri ini memang menarik.. laki laki, perempuan, tua muda, balita tak pernah bosan menonton atraksi kesenian singo barong ini...
terkadang ada kesan mistis yang hadir dalam pertunjukan ini, karena ada pemain yang biasanya kesurupan, atau kemasukan roh Singobarong, namun itu menjadi tontonan yang menegangkan...
banyak pertunjukan yang di tampilkan dalam kesenian ini, dengan iringan gamelan pertunjukan ini di suguhkan... ada pertunjukan kuda lumping, dhawangan, terkadang ada reog, dan pada akhirnya di penutupan acara, akan ada pertunjukan Babat Alas, yang di mainkan oleh Penthul dan Tembem. tokoh dagelan yang kocak, yang dapat menaklukkan kebuasan singo barong...
JAMAN KALABENDU
GEJALA MASYARAKAT YANG KEHILANGAN ARAH
Oleh : Ki Ageng Mangir
Kondisi masyarakat bangsa Indonesia saat ini sungguh sangat menyedihkan, dengan kondisi yang boleh dikatakan anarki. Aparat keamanan sama sekali tidak dianggap, tidak lagi mampu mengendalikan keadaan, tidak lagi merupakan lembaga yang kredibel bagi rakyat minta perlindungan. Di-kota-kota besar, juga dijalanan antar kota para preman dan kriminal berkeliaran mencari korban pemerasan tanpa rasa takut, setiap orang merasa was-was yang setiap saat bisa menjadi korban kriminalitas ataupun kekerasan dijalanan baik pada saat naik kendaraan maupun berjalan kaki.
Kita mulai mempertanyakan apa yang telah dan sedang terjadi dengan bangsa Indonesia yang membanggakan dirinya sebagai bangsa yang ramah tamah dan banyak senyum ? Apa jawaban dari gejala pertanda zaman ini ?
Mungkin kita bisa melakukan analisa dan mencoba mencari penyebabnya dan mungkin bisa menemukan obat mujarab untuk mengobati masyarakat bangsa Indonesia yang sedang sakit. Bahwa bangsa Jawa dengan warisan Budaya-nya pernah melukiskan suatu masa yang mirip dengan kondisi saat ini mungkin hanyalah suatu kebetulan ataukah suatu prediksi yang akurat bahwa kondisi seperti saat ini akan dialami oleh bangsa Jawa / Indonesia.
Penulis ber-ulang2 kali membaca Serat Centhini pada bagian tentang ramalan Jayabaya dan mencoba untuk mengerti maknanya dan relevansinya dengan zaman ini, terutama yang menjelaskan tentang masa yang dinamakan masa Kalabendu.
Note : Serat Centhini adalah buku dalam bahasa Jawa (aslinya ditulis memakai huruf Jawa) dalam bentuk tembang ‘macapat’ yang disuruh tulis oleh Pangeran Adipati Anom yang kemudian menjadi raja Surakarta – Sunan Pakubuwana V (1820 – 1823) pada kira-kira tahun 1814 yang terdiri dari dua belas jilid yang berisi kisah pelarian dari kedua putra dan satu putri dari Sunan Giri ketika kerajaan Giri di Jawa Timur dijatuhkan oleh Sultan Agung dari Mataram dan kisah perjalanan ini yang merekam banyak kisah, cerita, legenda, kepercayaan, tata-cara budaya Jawa dari ujung ke ujung Pulau Jawa yang meliputi banyak daerah pedalaman maupun pinggiran yang kadang-kadang tidak terpengaruh oleh kekuasaan kerajaan Mataram. (Sumber penulisan artikel ini adalah Serat Centhini yang sudah diterjemahkan dalam dalam bentuk huruf latin, tapi masih menggunakan bahasa Jawa madya).
Ramalan Jayabaya.
Banyak ramalan atau prediksi masa depan bangsa Jawa dan semua ramalan dinamakan ramalan
Jayabaya, penulis sendiri tidak tahu mana yang asli dan mana yang hanya sekedar dari mulut kemulut.
Jayabaya, penulis sendiri tidak tahu mana yang asli dan mana yang hanya sekedar dari mulut kemulut.
Satu-satunya sumber yang menjadi referensi penulis adalah yang tertulis dalam Serat Centhini pada akhir Jilid III pupuh 256 dan Jilid IV pupuh 257 dan 258.
Pada awal Pupuh 256 dikatakan :
Kalanira sang Prabu, Jayabaya Kadhiri ngadhatun, katamuan pandhita saking Rum nagri, nama Molana Ngalimu, Samsujen tahu kinaot.
Jadi ramalan yang dikemukakan oleh Prabu Jayabaya berasal dari ajaran Maulana Seh Ngali Samsujen yang dalam pupuh selanjutnya berdasarkan Kitab Musarar.
Selanjutnya dalam ramalan yang bermula dari tarih Masehi membagi zaman menjadi masing-masing tujuh ratus tahun yaitu zaman : Kaliswara, Kaliyoga, dan Kalisi- ngareki.
Masing2 tujuhratus tahun dibagi menjadi tujuh seratus tahunan sedangkan seratus tahunan dibagi menjadi tiga 33 tahunan.
Dengan pembagian tahun hanya sampai dengan tiga kali tujuh ratus tahun, Jayabaya seolah-olah meramalkan bahwa akhir zaman akan terjadi pada abad ke 21.
Sedangkan ramalan yang terjadi pada empat abad terakhir tentang tanah Jawa adalah pada pupuh 256, tembang 44 s/d 47 sebagai berikut (yang merupakan bagian dari tujuh abad zaman Kalisangireki) :
- Kaping pat arannipun, jaman Kalabendu werdinipun, estu Bebendu wahananeki, keh jalma saluyeng rembug, dumadya prang lair batos.
- Ping lima arannipun, jaman Kalasuba tegesipun, jaman suka wahananira keh jalmi, antuk kabungahan estu, rena lejar sakehing wong.
- Kaping nem arannipun, jaman Kalasumbaga puniku, werdi zaman Misuwur wahanineki, keh jalma gawe misuwur, mrih kasusra ing kalakon.
- Kasapta arannipun, jaman Kalasurata rannipun, werdi jaman Alus wahananoreki, akeh jalma sabiyantu, ing budining karahayon.
Jadi setelah bangsa Jawa/Indonesia melewati zaman Kalabendu akan mengalami tiga abad zaman keemasan dan kemahsyuran sampai dengan akhir zaman. Cuma kalau menurut perhitungan Jayabaya zaman Kalabendu adalah periode tahun 1800-1900, sedangkan sampai saat ini tanda-tanda zamannya masih seperti zaman Kalabendu (yang mungkin periode 1900-2000) dan setelah melewati tahun 2000 sampai dengan akhir zaman bangsa Jawa/Indonesia akan mengalami masa kejayaannya.
Selanjutnya pada pupuh 257, Jayabaya meramalkan akan ada tujuh kerajaan dimulai dari kerajaan Pejajaran di tanah Jawa dan setelah itu tanah Jawa tidak lagi ada kerajaan, yang terjadi pada saat zaman Kalabendu.
Interpretasi tujuh kerajaan adalah: Pejajaran, Majapahit, Pajang, Demak, Mataram, Surakarta, Yogyakarta dan masa kemerdekaan yang tidak ada kerajaan lagi di Indonesia.
Dalam Pupuh 257 tembang 23 tercermin peralihan dari zaman kerajaan sebagai berikut :
Sirnaning kang, kadaton jalaranipun, wawan-wawan lawan, bangsa sabrang kulit kuning, mawa srana tatunggul turun narendra.
Yang bisa diterjemahkan bahwa kedatangan bangsa sebrang kulit kuning (Jepang) sebagai sarana tidak ada lagi kerajaan di Jawa / Indonesia.
Zaman Kalabendu.
Pada pupuh 257 tembang 24 sampai dengan 44 dijelaskan secara terperinci tanda-tanda zaman Kalabendu. Penulis sendiri belum pernah membaca Serat Kalatidha karangan R.Ng. Ranggawarsita, yang kelihatannya telah disadur dan dimasukkan dalam bagian dari Serat Centhini pada bagian ini – ini sangat mungkin terjadi karena penulisan Serat Centhini terjadi pada satu masa dengan masa kehidupan R. Ng. Ranggawarsita, bahkan pembukaan Serat Centhini jilid 5, dibuat oleh beliau.
Kemungkinan lain kenapa masa Kalabendu mendapat porsi yang lebih banyak dalam Serat Centhini :
1. Interpretasi bahwa Kalabendu adalah zaman periode tahun 1800-1900 dimana saat penulisan Serat Centhini.
2. Serat Kalatidha yang disadur kedalam Serat Centhini pupuh 257 adalah sekedar ilustrasi apa yang sedang terjadi pada zaman itu oleh Ranggawarsita dan sama sekali bukan ramalan.
Ilustrasi apa yang terjadi pada masa Kalabendu sangat mirip dengan apa yang sedang terjadi pada bangsa Indonesia saat ini, oleh karena itu terbuka suatu interpretasi bahwa masa Kalabendu adalah periode yang akan berakhir pada tahun 2000. Pertanda zaman sama sekali belum terlihat tanda-tanda bahwa kita memasuki zaman Kalasuba yaitu suatu periode setelah zaman Kalabendu berakhir (seperti yang di prediksi oleh Jayabaya).
Barangkali kita bisa mencoba melihat ilustrasi dari masa zaman Kalabendu yang dimulai dari tembang 28 s/d 44 pupuh 257 Serat Centhini jilid IV :
- Wong agunge padha jail kurang tutur, marma jeng pamasa, tanpa paramarteng dasih, dene datan ana wahyu kang sanyata.
Artinya: Para pemimpinnya berhati jail, bicaranya ngawur, tidak bisa dipercaya dan tidak ada wahyu yang sejati.
- Keh wahyuning eblislanat kang tamurun, apangling kang jalma, dumrunuh salin sumalin, wong wadon kang sirna wiwirangira.
Artinya : Wahyu yang turun adalah wahyu dari iblis dan sulit bagi kita untuk membedakannya, para wanitanya banyak yang kehilangan rasa malu.
- Tanpa kangen mring mitra sadulur, tanna warta nyata, akeh wong mlarat mawarni, daya deye kalamun tyase nalangsa.
Artinya : Rasa persaudaraan meluntur, tidak saling memberi berita dan banyak orang miskin ber-aneka macam yang sangat menyedihkan kehidupannya.
- Krep paprangan, sujana kapontit nurut, durjana susila dadra andadi, akeh maling malandang marang ing marga.
Artinya : Banyak peperangan yang melibatkan para penjahat, kejahatan/perampokan dan pemerkosaan makin menjadi-jadi dan banyak pencuri malang melintang di jalan-jalan.
- Bandhol tulus, mendhosol rinamu puguh, krep grahana surya, kalawan grahana sasi, jawah lindhu gelap cleret warsa.
Artinya : Alampun ikut terpengaruh dengan banyak terjadi gerhana matahari dan bulan, hujan abu dan gempa bumi.
- Prahara gung, salah mangsa dresing surur, agung prang rusuhan, mungsuhe boya katawis, tangeh lamun tentreming wardaya.
Artinya: Angin ribut dan salah musim, banyak terjadi kerusuhan seperti perang yang tidak ketahuan mana musuhnya yang menyebabkan tidak mungkin ada rasa tenteram dihati.
- Dalajading praja kawuryan wus suwung, lebur pangreh tata, karana tanpa palupi, pan wus tilar
silastuti titi tata.
silastuti titi tata.
Artinya : Kewibawaan negara tidak ada lagi, semua tata tertib, keamanan, dan aturan telah ditinggalkan.
- Pra sujana, sarjana satemah kelu, klulun Kalathida, tidhem tandhaning dumadi, hardayengrat dening karoban rubeda.
Artinya : Para penjahat maupun para pemimpin tidak sadar apa yang diperbuat dan selalu menimbulkan masalah / kesulitan.
- Sitipati, nareprabu utamestu, papatih nindhita, pra nayaka tyas basuki, panekare becik-becik cakrak cakrak.
Artinya : Para pemimpin mengatakan se-olah-olah bahwa semua berjalan dengan baik padahal hanya sekedar menutupi keadaan yang jelek.
- Nging tan dadya, paliyasing Kalabendu, mandar sangking dadra, rubeda angrubedi, beda-beda hardaning wong sanagara.
Artinya : Yang menjadi pertanda zaman Kalabendu, makin lama makin menjadi kesulitan yang sangat, dan ber-beda-beda tingkah laku / pendapat orang se-negara.
- Katatangi tangising mardawa-lagu, kwilet tays duhkita, kataman ring reh wirangi, dening angupaya sandi samurana.
Artinya : Disertai dengan tangis dan kedukaan yang mendalam, walaupun kemungkinan dicemooh, mencoba untuk melihat tanda2 yang tersembunyi dalam peristiwa ini. (kelihatanya ini adalah ungkapan hati pembuat tembang ini).
- Anaruwung, mangimur saniberike, menceng pangupaya, ing pamrih melok pakolih, temah suha ing karsa tanpa wiweka.
Artinya : Berupaya tanpa pamrih.
- Ing Paniti sastra wawarah, sung pemut, ing zaman musibat, wong ambeg jatmika kontit, kang
mangkono yen niteni lamampahan.
mangkono yen niteni lamampahan.
Artinya : Memberikan peringatan pada zaman yang kalut dengan bijaksana, begitu agar kejadiannya / yang akan terjadi bisa jadi peringatan (peringatan dari R.Ng. Ranggawarsita).
- Nawung krida, kang menangi jaman gemblung, iya jaman edan, ewuh aya kang pambudi, yen meluwa edan yekti nora tahan.
Artinya : Untuk dibuktikan, akan mengalami jaman gila, yaitu zaman edan, sulit untuk mengambil sikap, apabila ikut gila/edan tidak tahan.
- Yen tan melu, anglakoni wus tartamtu, boya keduman, melik kalling donya iki, satemahe kaliren wekasane.
Artinya : Apabila tidak ikut menjalani, tidak kebagian untuk memiliki harta benda, yang akhirnya bisa kelaparan.
- Wus dilalah, karsane kang Among tuwuh, kang lali kabegjan, ananging sayektineki, luwih begja kang eling lawan waspada.
Artinya : Sudah kepastian, atas kehendak Allah SWT, yang lupa untuk mengejar keberuntungan, tapi yang sebetulnya, lebih beruntung yang tetap ingat dan waspada (dalam perbuatan berbudi baik dan luhur).
- Wektu iku, wus parek wekasanipun, jaman Kaladuka, sirnaning ratu amargi, wawan-wawan kalawan memaronira.
Artinya : Pada saat itu sudah dekat berakhirnya zaman Kaladuka.
Kalau kita perhatikan ilustrasi zaman Kalbendu adalah sangat mirip dengan ‘bebendu’ atau ‘kekalutan’ yang sedang terjadi saat ini yang kelihatannya tidaksatupun pemimpin yang mampu mengatasi (baik yang formal yang sedang mejalankan roda pemerintahan maupun pimpinan informal diluar pemerintahan – bahkan pimpinan ABRI yang punya senjatapun tidak mampu mengatasi masalah – bahkan cenderung seperti orang bingung / linglung – yang se-mata-mata terpengaruh oleh perbawa zaman Kalabendu yang tidak mungkin bisa dihindari).
Zaman Kalasuba.
Pada pupuh 258, dimulai suatu perubahan dari zaman Kaladuka ke zaman Kalasuba yang lebih baik seperti pada tembang 1 s/d 6 sebagai berikut :
- Saka marmaning Hayang Sukma, jaman Kalabendu sirna, sinalinan jamanira, mulyaning jenengan nata, ing kono raharjanira, karaton ing tanah Jawa, mamalaning bumi sirna, sirep dur angkaramurka.
Artinya : Atas izin Allah SWT, zaman Kalabendu hilang, berganti zaman dimana tanah Jawa/Indonesia menjadi makmur, hilang kutukan bumi dan angkara murkapun mereda.
- Marga sinapih rawuhnya, nata ginaib sanyata, wiji wijiling utama, ingaranan naranata, kang kapisan karanya, adenge tanpa sarana, nagdam makduming srinata, sonya rutikedatonnya.
Artinya : Kedatangan pemimpin baru tidak terduga, seperti muncul secara gaib, yang mempunyai sifat-sifat utama. (note : yang diterjemahkan banyak pihak sebagai ‘satria piningit’).
- Lire sepi tanpa srana, ora ana kara-kara, duk masih keneker Sukma, kasampar kasandhung rata, keh wong katambehan ika, karsaning Sukma kinarya, salin alamnya, jumeneng sri pandhita.
Artnya: Datangnya tanpa sarana apa-apa, tidak pernah menonjol sebelumnya, pada saat masih muda, banyak mengalami halangan dalam hidupnya, yang oleh izin Allah SWT, akan menjadi pemimpin yang berbudi luhur.
- Luwih adil paraarta, lumuh maring brana-arta, nama Sultan Erucakra, tanpa sangakan rawuhira, tan ngadu bala manungsa, mung sirollah prajuritnya, tungguling dhikir kewala, mungsuh rerep sirep sirna.
Artinya : Mempunyai sifat adil, tidak tertarik dengan harta benda, bernama Sultan Erucakra (note : penulis tidak tahu apa maksudnya, perlu interpretasi tentang nama ini), tidak ketahuan asal kedatangannya, tidak mengandalkan bala bantuan manusia, hanya kepercayaan/keimanan terhadap Allah SWT prajuritnya dan senjatanya adalah se-mata-mata zikir, musuh semua bisa dikalahkan (note: suatu indikasi bahwa pemimpin yang akan muncul adalah seorang Muslim yang sangat taat beragama, yang semata-mata iman yang sangat tebal kepada Allah SWT yang membimbingnya dan menjadi kekuatannya).
- Tumpes tapis tan na mangga, krana panjenengan nata, amrih kartaning nagara, harjaning jagat sadaya, dhahare jroning sawarsa, denwangeni katahhira, pitung reyal ika, tan karsa lamun uwiha.
Artinya : Semua musuhnya dimusnahkan oleh sang pemimpin demi kesejahteraan negara,dan kemakmuran semuanya, hidupnya sederhana, tidak mau melebihi, penghasilan yang diterima. (note : suatu indikasi bahwa kejujuran, kesederhanaan, dan tidak mau melebihi apa yang menjadi penghasilannya – tidak kurang tidak lebih – menjadi ciri utama dari pemimpin yang baru. Dalam tembang ini sangat jelas dilukiskan kelemahan pemimipin adalah sikap berlebih-lebih-an yang pada posisi sebagai pimpinan cenderung tidak menerima apa yang secara murni diberikan oleh negara sebagai penghasilannya sehingga menimbulkan banyak ‘kreativitas’ untuk mendapatkan ‘tambahan’ penghasilan yang sulit dikontrol batas-batas-nya yang merugikan rakyat banyak yang contoh nyatanya adalah situasi kehidupan para pimpinan/pejabat pemerintahan selama 32 tahun rezim Soeharto berkuasa dan juga sampai dengan saat ini).
- Bumi sakjung pajegira, amung sadinar sawarsa, sawah sewu pametunya, suwang ing dalem sadina, wus resik nir apa-apa, marmaning wong cilik samya, ayem enake tysira, dene murah sandhang teda.
Artinya : Pajak orang kecil sangat rendah nilainya, orang kecil hidup tentram, murah sandang dan pangan.
- Tan na dursila durjana, padha martobat nalangas, wedi willating nata, adil asing paramarta, bumi pethik akukutha, parek lan kali Katangga, ing sajroning bubak wana, penjenenganin sang nata.
Artinya: Tidak ada penjahat, semuanya sudah bertobat, takut dengan kewibawaan sang pemimpin yang sangat adil dan bijaksana.
Kesimpulan.
Ilustrasi zaman Kalabendu adalah mirip dengan kondisi bangsa Indonesia pada saat ini sebagai pertanda zaman dimana masyarakat kehilangan arah yang merupakan tahap akhir sebelum bangsa Indonesia bisa mengatasi dengan kedatangan pemimpin yang adil dan bijaksana. Bisa saja hal ini adalah sekedar suatu ‘angan-angan’ atau suatu harapan apabila suatu bangsa atau masyarakat mengalami tekanan kesulitan yang sangat sulit diatasi seperti pada saat ini sehinga harapan akan munculnya Ratu Adil (Satria Piningit) adalah sekedar suatu pelampiasan sumbat sosial agar masyarakat masih menaruh harapan akan datangnya suatu perbaikan.
Waktulah yang akan membuktikan bahwa apa yang menjadi ilustrasi dari budaya Jawa baik oleh Prabu Jayabaya dari Kediri maupun R. Ng. Ranggawarsita adalah sekedar ilustrasi pada masanya yang kebetulan berulang pada saat ini dan bisa saja berulang lagi dimasa yang akan datang atau merupakan prediksi yang mungkin bisa terjadi yang kita mengalami masa Kalabendu tahap akhir yang akan menuju masa Kalasuba yang penuh harapan.
Tujuan tulian ini adalah :
- Mengemukakan suatu ilustrasi zaman sesuai dengan referensi budaya Jawa.
- Mengingatkan kembali bahwa dalam menghadapi kesulitan, kebingungan, kekakhawatiran yang amat sangat pada saat ini, peringatan R. Ng. Ranggawarsita adalah sangat relevan untuk kita cermati kembali ‘luwih begja kang eling lan waspada’ yaitu kunci keselamatan agar kita tetap mampu mengontrol tingkah laku kita untuk tidak ikut-ikutan gila / edan walaupun dalam kesulitan seberapapun besarnya untuk menjaga perbuatan kita agar tetap menjaga sifat budi luhur tidak ikut-ikutan korupsi, tidak ikut-ikutan menjarah, tidak ikut-ikutan merampok dijalanan, tidak ikut-ikutan merusak, menyerahkan semuanya dengan ikhlas kepada Allah SWT yang hanya atas izinnya semata semua kejadian akan bisa berlaku apakah seseorang mendapat suatu kesulitan / musibah ataupun dipermudah jalannya. (Walaupun tidak mudah bersikap seperti ini pada zaman ini – dan ini nyata-nyata cobaan buat diri kita semua – dan tidak semua orang mampu lulus ujian melewati zaman Kalabendu dengan selamat kecuali ‘yang eling lan waspada’).
- Memberikan harapan bahwa keadaan akan lebih baik bila zaman Kalabendu berakhir dan perbawa (kewibawaan) pemimpin bisa kembali dengan datangnya zaman Kalasuba.
Note: Terjemahan dari tembang Jawa kedalam Bahasa Indonesia adalah bedasarkan interpretasi pribadi penulis dengan banyak keterbatasan pemahaman bahasa Jawa madya. Penulis menyilahkan kalau ada pembaca yang ingin memberikan koreksi untuk terjemahan/interpretasi
yang lebih akurat.
yang lebih akurat.
Rabu, 12 Januari 2011
PESAN SANG PROKLAMATOR
PESAN SANG PROKLAMATOR
Aku ini bukan siapa siapa,
Aku dilahirkan membawa misi cinta,
Untuk negeri dan bangsa ini,
Lebih dari jiwa ragaku sendiri,
Indonesiaku … Bumi Nusantara.
Saat ibu pertiwi menangis,
Rakyatku menjerit,
Aku terpanggil untuk meneriakkan,
Merdeka … Merdeka … Merdeka,
Hidup atau mati.
Banjir darah dan air mata,
Anak anak kehilangan cintanya,
Ribuan jiwa melayang,
Menjadi tumbal perjuangan.
Aku gali Nusantara ini,
Mutiara cinta aku kumpulkan,
Semangat nasionalis aku bangkitkan,
Toleransi, gotong royong, jiwa marhaen,
Aku rangkai menjadi Jambrud Katulistiwa,
Aku beri bingkai Bineka Tunggal Ika.
Nusantara ini aku beri jiwa,
Bangsa ini aku beri pandangan hidup,
Pancasila, Merah Putih, UUD’45,
Merubah atau mengingkarinya berarti mati,
Dan aku titipkan pada kalian.
Tapi kini kau ingkari semua,
Tawuran pelajar, perang antar suku,
Menjadi teroris di negeri sendiri,
Menjadi penjajah terhadap rakyatnya sendiri,
Keadilan dan iman kau jual,
Merah Putih tak mengibarkan semangat,
Bineka Tunggal Ika hanya slogan,
Wilayah digerogoti tetangga,
Sumber daya dijarah perampok,
Kata merdeka tak lagi diteriakkan,
Indonesia Raya menjadi lagu usang.
Kau lebih bangga berambut pirang,
Ingatlah Pancasila adalah jiwamu,
Bila kau bertakwa kepada Tuhan,
Kau akan tahu kemanusiaan yang beradab,
Kau akan mengerti akan persatuan,
Untuk bermusyawarah mencapai mufakat,
Menuju keadilan sosial bagi rakyatmu,
Kata-kata itu aku rangkai penuh makna.
Banggalah jadi orang Bali,
Tapi harus lebih bangga jadi orang Indonesia,
Cinta pada agama tapi lebih penting takwa pada Tuhan,
Suku-suka adalah perbedaan bukan perpecahan,
Kebinekaan adalah anugrah,
Toleransi jiwa gotong royong adalah kemanusiaan,
Cinta adalah segalanya,
Untuk meruntuhkan kesombongan, egoisme, kebencian,
Teriaklah selalu kata merdeka … merdeka … merdeka,
Hidup Indonesia … Hidup Indonesia …!!!
Aku ini bukan siapa siapa,
Aku dilahirkan membawa misi cinta,
Untuk negeri dan bangsa ini,
Lebih dari jiwa ragaku sendiri,
Indonesiaku … Bumi Nusantara.
Saat ibu pertiwi menangis,
Rakyatku menjerit,
Aku terpanggil untuk meneriakkan,
Merdeka … Merdeka … Merdeka,
Hidup atau mati.
Banjir darah dan air mata,
Anak anak kehilangan cintanya,
Ribuan jiwa melayang,
Menjadi tumbal perjuangan.
Aku gali Nusantara ini,
Mutiara cinta aku kumpulkan,
Semangat nasionalis aku bangkitkan,
Toleransi, gotong royong, jiwa marhaen,
Aku rangkai menjadi Jambrud Katulistiwa,
Aku beri bingkai Bineka Tunggal Ika.
Nusantara ini aku beri jiwa,
Bangsa ini aku beri pandangan hidup,
Pancasila, Merah Putih, UUD’45,
Merubah atau mengingkarinya berarti mati,
Dan aku titipkan pada kalian.
Tapi kini kau ingkari semua,
Tawuran pelajar, perang antar suku,
Menjadi teroris di negeri sendiri,
Menjadi penjajah terhadap rakyatnya sendiri,
Keadilan dan iman kau jual,
Merah Putih tak mengibarkan semangat,
Bineka Tunggal Ika hanya slogan,
Wilayah digerogoti tetangga,
Sumber daya dijarah perampok,
Kata merdeka tak lagi diteriakkan,
Indonesia Raya menjadi lagu usang.
Kau lebih bangga berambut pirang,
Ingatlah Pancasila adalah jiwamu,
Bila kau bertakwa kepada Tuhan,
Kau akan tahu kemanusiaan yang beradab,
Kau akan mengerti akan persatuan,
Untuk bermusyawarah mencapai mufakat,
Menuju keadilan sosial bagi rakyatmu,
Kata-kata itu aku rangkai penuh makna.
Banggalah jadi orang Bali,
Tapi harus lebih bangga jadi orang Indonesia,
Cinta pada agama tapi lebih penting takwa pada Tuhan,
Suku-suka adalah perbedaan bukan perpecahan,
Kebinekaan adalah anugrah,
Toleransi jiwa gotong royong adalah kemanusiaan,
Cinta adalah segalanya,
Untuk meruntuhkan kesombongan, egoisme, kebencian,
Teriaklah selalu kata merdeka … merdeka … merdeka,
Hidup Indonesia … Hidup Indonesia …!!!
Senin, 10 Januari 2011
Istana GUSTI ALLAH di Tubuh Anak Adam
Dalam tubuh setiap manusia itu terdapat istana-istana GUSTI ALLAH. Kita harus memahami keberadaan istana-istana tersebut agar kita menjadi manungso sejati (manusia yang sejati). Dimana sajakah istana-istana dari GUSTI ALLAH yang terdapat dalam tubuh kita?
Istana dari GUSTI ALLAH itu ada di tiga lokasi dalam tubuh kita. Ketiga lokasi tersebut adalah:
Istana dari GUSTI ALLAH itu ada di tiga lokasi dalam tubuh kita. Ketiga lokasi tersebut adalah:
1. Lokasi Pertama di Baitul Makmur
Penjelasannya adalah sebagai berikut: AKU mengatur singgasana dalam Baitul Makmur. Itulah tempat kesenangan-KU. Tempatnya ada di kepala anak Adam. Dalam kepala anak Adam terdapat dimak yaitu otak. Diantara dimak/otak itu terdapat manik. Di dalam manik itu terdapat premana atau pranawa. Di dalam pranawa terdapat sukma. Dalam sukma ada rahsa. Dalam rahsa ada AKU. Tidak ada GUSTI ALLAH, selain AKU.
2. Lokasi Kedua di Baitul Muharram
Penjelasannya adalah sebagai berikut: AKU menata singgasana dalam Baitul Muharram. Itulah tempat Kesukaan-KU. Tempatnya ada di dada anak Adam. Dalam dada itu ada hati, yang berada diantara hati itu ada jantung. Dalam jantung ada budi. Dalam Budi ada jinem. Dalam Jinem ada sukma. Dalam sukma ada Rahsa. Dalam Rahsa ada AKU. Tidak ada GUSTI ALLAH, selain AKU.
3. Lokasi Ketiga di Baitul Mukadas
Penjelasannya adalah sebagai berikut: AKU mengatur singgasana dalam Baitul Mukadas. Itulah tempat yang AKU sucikan dan berada pada kemaluan Anak Adam. Dalam kemaluan laki-laki itu ada pelir. Dalam pelir ada nutfah yakni mani, dalam mani ada madi. Dalam madi ada manikem. Dalam manikem terdapat rahsa. Dalam rahsa itu ada AKU. Tidak ada GUSTI ALLAH, selain AKU.
Dengan memahami keberadaan istana-istana itu, setidaknya kita bisa lebih meningkatkan tapa brata dan lelaku guna bisa lebih mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH.
Penjelasannya adalah sebagai berikut: AKU mengatur singgasana dalam Baitul Makmur. Itulah tempat kesenangan-KU. Tempatnya ada di kepala anak Adam. Dalam kepala anak Adam terdapat dimak yaitu otak. Diantara dimak/otak itu terdapat manik. Di dalam manik itu terdapat premana atau pranawa. Di dalam pranawa terdapat sukma. Dalam sukma ada rahsa. Dalam rahsa ada AKU. Tidak ada GUSTI ALLAH, selain AKU.
2. Lokasi Kedua di Baitul Muharram
Penjelasannya adalah sebagai berikut: AKU menata singgasana dalam Baitul Muharram. Itulah tempat Kesukaan-KU. Tempatnya ada di dada anak Adam. Dalam dada itu ada hati, yang berada diantara hati itu ada jantung. Dalam jantung ada budi. Dalam Budi ada jinem. Dalam Jinem ada sukma. Dalam sukma ada Rahsa. Dalam Rahsa ada AKU. Tidak ada GUSTI ALLAH, selain AKU.
3. Lokasi Ketiga di Baitul Mukadas
Penjelasannya adalah sebagai berikut: AKU mengatur singgasana dalam Baitul Mukadas. Itulah tempat yang AKU sucikan dan berada pada kemaluan Anak Adam. Dalam kemaluan laki-laki itu ada pelir. Dalam pelir ada nutfah yakni mani, dalam mani ada madi. Dalam madi ada manikem. Dalam manikem terdapat rahsa. Dalam rahsa itu ada AKU. Tidak ada GUSTI ALLAH, selain AKU.
Dengan memahami keberadaan istana-istana itu, setidaknya kita bisa lebih meningkatkan tapa brata dan lelaku guna bisa lebih mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH.
Langganan:
Postingan (Atom)